Monday, June 16, 2025

Struktur Kepamongan Tradisional di Kalipancer

Ilustrasi
Struktur kepemimpinan desa di Jawa tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh adat yang dikenal dengan istilah pamong. Di Kalipancer, keberadaan tokoh-tokoh seperti Bayan dan Prabot mencerminkan sistem sosial tradisional yang berkembang secara turun-temurun. Artikel ini menyajikan kajian historis terhadap tokoh-tokoh pamong Kalipancer, mengidentifikasi fungsinya dalam masyarakat, serta menempatkan keberadaan mereka dalam konteks yang lebih luas mengenai sistem pemerintahan desa di Jawa. Studi ini juga membandingkan temuan lapangan dengan literatur klasik mengenai pranata desa dan sistem birokrasi tradisional.

Pemerintahan desa tradisional di Jawa dikenal memiliki struktur sosial yang khas, yang terdiri dari kepala desa (bekel atau lurah), dibantu oleh perangkat seperti carik, kaur, modin, bayan, hingga prabot. Setiap posisi memegang fungsi sosial-religius dan administratif tertentu, yang berjalan paralel dengan struktur formal pemerintahan kolonial maupun pascakemerdekaan. Menurut Koentjaraningrat (1984), sistem ini menunjukkan adanya kesinambungan antara struktur adat dan struktur birokrasi formal. Di Kalipancer, catatan tentang para Bayan dan Prabot menjadi bukti hidup dari sistem tersebut.

Peran dan Daftar Bayan Kalipancer

Dalam struktur pamong, Bayan merupakan pejabat desa yang memiliki peran penting dalam urusan keagamaan, adat istiadat, dan terkadang menjadi penghubung antara tokoh masyarakat dan kepala desa. Di Kalipancer, tercatat dua wilayah administratif informal yaitu Bayan Lor (utara) dan Bayan Kidul (selatan), masing-masing dengan tokoh-tokohnya dari periode pertama hingga saat ini:

Bayan Lor:

  1. Mbah Bayan Marmo 
  2. Mbah Bayan Margono
  3. Mbah Bayan Wardi
  4. Bayan Suyadi
  5. Bayan Ediyase

Bayan Kidul:

  1. Bayan Sudarmin
  2. Bayan Dolah Satar
  3. Bayan Kodir
  4. Bayan Wahidin
  5. Bayan Muslimin

Kehadiran dua wilayah ini mengindikasikan pembagian sosial dan geografis desa secara internal. Hal ini umum terjadi di masyarakat pedesaan Jawa, seperti yang dijelaskan oleh Schrieke (1955), bahwa dalam satu desa sering kali terdapat beberapa tokoh adat yang mewakili wilayah tertentu guna menjaga keseimbangan sosial.

 Peran dan Daftar Prabot Kalipancer

Sementara itu, Prabot merupakan sebutan lokal yang kemungkinan merujuk pada tokoh-tokoh fungsional lain dalam masyarakat, yang mengemban tugas non-formal seperti penyelenggaraan kegiatan keagamaan, penyimpanan tradisi lisan, hingga penjaga adat atau harta benda desa. Tokoh-tokoh ini mencerminkan kepercayaan dan legitimasi sosial dari masyarakat setempat.

Daftar Prabot Kalipancer dari periode pertama hingga periode terahir secara berurutan adalah:

  1. Prabot Bongsodipo
  2. Prabot Saiin
  3. Prabot Cokropawiro
  4. Prabot Luar
  5. Prabot Yusri
  6. Prabot Ahmadi
  7. Prabot Saroni
  8. Prabot Djawahir

Keberadaan nama-nama ini menunjukkan kesinambungan struktur kultural desa yang tidak selalu terdokumentasi secara formal dalam administrasi negara, namun tetap hidup dalam memori kolektif masyarakat dan praktik sosial sehari-hari. Seperti dikemukakan oleh H.J. de Graaf (1962), sistem lokal ini kerap kali berperan lebih besar dalam mengatur harmoni sosial dibanding struktur formal dari atas.

Daftar Bayan dan Prabot Kalipancer bukan hanya sekadar nama-nama tokoh, melainkan representasi dari struktur sosial lokal yang berperan dalam menjaga tata nilai, tradisi, dan harmoni masyarakat. Penelitian seperti ini penting untuk memahami bahwa sistem kepemimpinan lokal Jawa tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga kultural dan spiritual. Revitalisasi pengetahuan ini menjadi penting dalam konteks pelestarian budaya dan pendidikan sejarah lokal.


Daftar Pustaka

  • Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Schrieke, B. (1955). Indonesian Sociological Studies. The Hague: Van Hoeve.
  • de Graaf, H.J. (1962). Chinese Muslims in Java in the 15th Century. BKI.
  • Geertz, Clifford. (1960). The Religion of Java. Chicago: University of Chicago Press
  • Hasil wawancara dengan tokoh lokal mbah Wagiman 

 

No comments:

Post a Comment