Dusun Kalipancer merupakan daerah perbukitan dengan jenis tanahnya ada yang subur namun ada juga yang berupa tebing-tebing bebatuan. Diantara bentuk tanah bebatuan adalah daerah mereng ngulon, yaitu suatu lereng yang terletak di sebelah utara sungai Bogowonto dengan permukaan lereng menghadap ke selatan. Lereng tersebut bila kita pandang dari kejauhan akan nampak sebuah hamparan menghijau karena masih lebat dengan semak belukar dan pepohonan, maklum tanah tersebut kurang baik untuk di olah untuk pertanian, hanya tumbuhan tertentu sajalah yang bisa di tanam di lokasi tersebut, yaitu jenis kayu-kayuan seperti halnya al basia dan mahoni. Namun lereng terjal batu tersebut terdapat bentuk keragaman alam yang tersembunyi seperti tebing-tebing batu yang tinggi dan gua yang selama ini tidak begitu terperhatikan oleh masyarakat, untuk itu keindahan alam tersebut hampir hilang terselimuti oleh rimbunnya pepohonan yang di tanam oleh masyarakat petani.
Watu Tawing nama tebing batu tersebut yang kini hilang dari pandangan mata,Padahal jaman dahulu tempat ini kelihatan indah karena tebing watu tawing yang tinggi tinggi tersebut di hiasi dengan kucuran beberapa mata air serta rumput-rumput halus. dahulu apabila berjalan memalui bawah tebing akan merasa takjub atas keindahan alam watu tawing, belum lagi di tambah dengan posisi gua di bawahnya yang semakin nampak lengkap keindahan alamnya.
Disebut Watu Tawing karena bentuk tebingnya yang sangat curam ibarat dinding, keadaan bentuk seperti itu dalam bahasa jawa kalipancer di sebut nlawing.
Yang lebih menarik disini adalah gua watu tawing tersebut, karena gua tersebut di samping mempunyai nilai artistik juga mempunyai nilai mistis dan besejarah karena merupakan petilasan para sesepuh melakukan topobroto, namun sekarang kondisinya sungguh memprihatinkan karena tidak di perhatikan terbukti dari bayaknya daun kering yang memenuhi lantai gua dan pepohonan yang lebat hampir menutup pintu gua.
menurut cerita orang tua bahwa gua watu tawing dahulunya dalam sekali dan terdiri dari beberapa lorong bercabang di dalamnya, untuk itu kalau mau masuk di samping membawa oncor (penerang tradisional) juga harus mengikatkan tali yang panjang di mulut gua, baru ia memasuki dengan berpegang tali sampai batas tali habis, kalau tidak demikian maka orang yang masuk akan tersesat mengingat saking banyaknya cabang di dalam gua. para orang tua mengatakan bahwa panjang gua di perkirakan berkilo-kilo meter bahkan ada yang memprediksi gua tersebut tembus di wilayah banjengan dekat gunung puyuh, karena di banjenga ada sebuah lubang besar dengan mulut gua menghadap berlawanan dengan gua watu tawing, atas kebenaran wallohu a'lam karena hingga saat ini tidak ada orang yang berani masuk lubang besar besemak di wilayah banjengan tersebut.
Gua watu tawing yang bisa kita lihat sekarang bentuknya sudah berubah tudak seperti cerita orang tua, yang bisa kita lihat sekarang hanya berupa terowongan kira-kira ukurang 8x8 meter saja, karena lubang yang masuk sudah di tutup oleh sesepuh kalipancer yang bernama Kyai Sabikis, namun lubang tersebut bagi yang bisa melihat akan kelihatan dengan jelas. Hal ini di jelaskan oleh Jomeri seseorang yang pernah melihatnya dengan jelas, pada waktu itu ia masih kanak-kanak sedang bermain dengan dua orang temannya sambil merumput, tak sengaja ia mampir di gua tersebut dan baru pertama kalinya bagi jomeri kecil ke gua watu tawing. Sambil berteduh dari teriknya matahari ia mengamati dinding-dinding gua, ia melihaat lubang sebesar sumur mengarah ke bawah dan di lihatnya ternyata di bagian bawah ada semacam jalan lebar dengan di tumbuhi pohon jambu klutuk di dekat mulut lubang tersebut. Ingin ia masuk sambil mengambil buah yang masak-masak tersebut namun karena anak kecil ia merasa setengah takut, maka niat itu di urungkan. Setelah beberapa tahun lamanya maka ia datang lagi ke gua watu tawing untuk beristirahat lagi, namun betapa kagetnya karena yang ia lihat tidak seperti dulu lagi, dimana ia tidak melihat lubang ke bawah yang ada hanya dinding saja.
Perubahan yang lain adalah orang dahulu menceritakan kalau di dalam gia tersebut ada batu seukuran tempat duduk panjang, dimana betu tersebut terdapat bentuk bekas tempat tidur yaitu lekukan tempat pantat dan kepala, namun orang yang dahulu sering melihat batu tersebut sekarang tidak menemukan lagi, sebuah pertanyaan besar apakah benda itu hilang secara gaib atau di curi orang?
,
Watu Tawing nama tebing batu tersebut yang kini hilang dari pandangan mata,Padahal jaman dahulu tempat ini kelihatan indah karena tebing watu tawing yang tinggi tinggi tersebut di hiasi dengan kucuran beberapa mata air serta rumput-rumput halus. dahulu apabila berjalan memalui bawah tebing akan merasa takjub atas keindahan alam watu tawing, belum lagi di tambah dengan posisi gua di bawahnya yang semakin nampak lengkap keindahan alamnya.
Disebut Watu Tawing karena bentuk tebingnya yang sangat curam ibarat dinding, keadaan bentuk seperti itu dalam bahasa jawa kalipancer di sebut nlawing.
Yang lebih menarik disini adalah gua watu tawing tersebut, karena gua tersebut di samping mempunyai nilai artistik juga mempunyai nilai mistis dan besejarah karena merupakan petilasan para sesepuh melakukan topobroto, namun sekarang kondisinya sungguh memprihatinkan karena tidak di perhatikan terbukti dari bayaknya daun kering yang memenuhi lantai gua dan pepohonan yang lebat hampir menutup pintu gua.
menurut cerita orang tua bahwa gua watu tawing dahulunya dalam sekali dan terdiri dari beberapa lorong bercabang di dalamnya, untuk itu kalau mau masuk di samping membawa oncor (penerang tradisional) juga harus mengikatkan tali yang panjang di mulut gua, baru ia memasuki dengan berpegang tali sampai batas tali habis, kalau tidak demikian maka orang yang masuk akan tersesat mengingat saking banyaknya cabang di dalam gua. para orang tua mengatakan bahwa panjang gua di perkirakan berkilo-kilo meter bahkan ada yang memprediksi gua tersebut tembus di wilayah banjengan dekat gunung puyuh, karena di banjenga ada sebuah lubang besar dengan mulut gua menghadap berlawanan dengan gua watu tawing, atas kebenaran wallohu a'lam karena hingga saat ini tidak ada orang yang berani masuk lubang besar besemak di wilayah banjengan tersebut.
Gua watu tawing yang bisa kita lihat sekarang bentuknya sudah berubah tudak seperti cerita orang tua, yang bisa kita lihat sekarang hanya berupa terowongan kira-kira ukurang 8x8 meter saja, karena lubang yang masuk sudah di tutup oleh sesepuh kalipancer yang bernama Kyai Sabikis, namun lubang tersebut bagi yang bisa melihat akan kelihatan dengan jelas. Hal ini di jelaskan oleh Jomeri seseorang yang pernah melihatnya dengan jelas, pada waktu itu ia masih kanak-kanak sedang bermain dengan dua orang temannya sambil merumput, tak sengaja ia mampir di gua tersebut dan baru pertama kalinya bagi jomeri kecil ke gua watu tawing. Sambil berteduh dari teriknya matahari ia mengamati dinding-dinding gua, ia melihaat lubang sebesar sumur mengarah ke bawah dan di lihatnya ternyata di bagian bawah ada semacam jalan lebar dengan di tumbuhi pohon jambu klutuk di dekat mulut lubang tersebut. Ingin ia masuk sambil mengambil buah yang masak-masak tersebut namun karena anak kecil ia merasa setengah takut, maka niat itu di urungkan. Setelah beberapa tahun lamanya maka ia datang lagi ke gua watu tawing untuk beristirahat lagi, namun betapa kagetnya karena yang ia lihat tidak seperti dulu lagi, dimana ia tidak melihat lubang ke bawah yang ada hanya dinding saja.
Perubahan yang lain adalah orang dahulu menceritakan kalau di dalam gia tersebut ada batu seukuran tempat duduk panjang, dimana betu tersebut terdapat bentuk bekas tempat tidur yaitu lekukan tempat pantat dan kepala, namun orang yang dahulu sering melihat batu tersebut sekarang tidak menemukan lagi, sebuah pertanyaan besar apakah benda itu hilang secara gaib atau di curi orang?
,
No comments:
Post a Comment